Sabtu, 20 Februari 2010

Waspadai Trauma Pada Anak

Anak yang mengalami trauma diyakini mudah sembuh dari traumanya. Meski demikian menurut psikiater dr Albert Maramis, SpKJ, trauma pada anak tetap perlu diwaspaai karena seorang anak mempunyai tiga sifat yang dominant.
Pertama anak memiliki sifat seperti tape recorder,dimana ia bisa merekam apapun yang ia dapatkan.
Kedua, anak memiliki sifat reseptif, yang membuatnya akan secara mudah menerima apa yang ia dengar maupun lihat.
Ketiga, meniru, dimana ia akan cenderung mengikuti tindakan atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah ia terima sebagai suatu kewajaran. Misalnya, ketika menerima pemukulan, bukan tidak mungkin ia akan meniru tindakan serupa atau menganggap semua hal bisa diselesaikan dengan cara kekerasan,

Secara umum kita dapat mengenali trauma anak dari gejala perubahan tingkah lakunya. Misalnya, tiba-tiba menjadi pendiam, murung, tidak berdaya dan mudah ketakutan. Sementara secara fisik, anak yang trauma sering mengeluh pusing, muntah-muntah, sakit perut dan nafsu makannya berkurang.
Cirri-ciri lain bisa berbentuk tiba-tiba menangis tanpa sebab.tidak bisa tidur atau tidak bisa nyenyak. Tidak mau ditinggal barang sekejap, over sensitive terhadap suara keras, tidak mau mendengar dan atau melihat segala sesuatu yang berkaitan dengan penyebab trauma, dan sebagainya.
Karena tidak selalu trauma pada anak dapat kita kenali, komunikasi orang tua atau pendampingnya perlu dijaga dengan baik agar anak tidak enggan bercerita pengalaman buruknya. Jadi dibutuhkan kepekaan lebih dalam mendengarkan.
Selain pendampingan, sebaiknya anak-anak dihindarkan dulu dari situasi yang terlalu menakutkan baginya. Bila traumanya berat, harus diberikan terapi khusus.


Sumber : dr.Albert Maramis, SpKJ
Majalah Kartini edisi 11 s/d 25 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar