Sabtu, 20 Februari 2010

Menenangkan Anak Hiperaktif

Seorang guru TK, mempunyai murid laki-laki 4 tahun sangat hiperaktif. Di sekolah si anak selalu lari ke sana kemari. Setiap diperintah duduk tidak pernah mau menurut. Padahal saat menyuruh, si guru selalu menatap matanya agar dia mematuhi perintahnnya. Terkadang memang mau duduk sebentar, sesudah itu aktif kembali.

Bagaimana cara menenangkan si anak???

Anak 4 tahun memang dalam perkembangan motorik yang optimal. Hal itu membuat anak cenderung ingin bergerak dan tidak dapat duduk dengan tenang. Secara umum energi anak seringkali berlebihan dan belum tersebar secara luas untuk aspek-aspek yang lain seperti bahasa, berhitung, dan lain-lain, sehingga sangat mungkin ia akan mengerahkan seluruh energi yang dimiliki untuk kegiatan motoriknya.
Diharapkan orang tua maupun guru mampu membuat aktivitas yang menarik bagi anak sehingga dia dapat menyalurkan energinya pada hal lain. Misalnya : bila anak suka main bola dan mengajarkan padanya bagaimana memompa bola.
Sebagian masyarakat masih memiliki pandangan yang keliru tentang anak hiperaktif. Hiperaktif seringkali hanya diidentifikasi melalui gerakan-gerakannya saja. Padahal perilaku anak yang cenderung banyak bergerak tidaklah selalu dikategorikan sebagai hiperaktif.
Dikatakan hiperaktif jika sedetik pun anak tidak dapat duduk sehingga tidak dapat konsentrasi mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya serta ada kecenderungan merusak barang yang ada di sekitarnya.
Perlu diteliti lebih lanjut, apakah sepanjang hari disekolah anak melakukan hal tersebut? Bagaimana ketika ada di rumah ? apakah juga selalu bergerak dan tidak dapat diam sama sekali? Di sini perlu komunikasi aktif antara orang tua dengan guru sehingga dapat dilakukan langkah-langkah yang selaras dan tidak membuat anak semakin bingung.
Menatap mata anak ketika memberikan perintah tidak selamanya membuahkan hasil yang maksimal jika tidak dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Efeknya bisa berbeda, karena tatapan tajam tersebut bisa membuatnya merasa terancam, sehingga dia pergi dan lari menghindar dari orang yang dianggapnya mengancam.
Perlu ditelusuri juga, apakah perilaku tidak memedulikan panggilan dan tugas yang diberikan oleh guru bukan sebagai salah satu bentuk cara anak mencari perhatian. Dengan perilaku membangkang, anak berharap guru akan lebih memperhatikannya.
Dengan demikian langkh penting yang dapat dilakukan adalah berkomunikasi dengan orang tuanya. Tanyakan padanya bagaimana pola asuh yang diterapkan pada anak. Orang tua juga harus memberikan pola asuh yang tepat, misalnya memberikan kegiatan saat anak ada waktu luang, misalnya mengajak anak bermain yang dilakukan sambil duduk. Jika anak terbiasa dengan aktivitas seperti itu, lama-kelamaan dia akan terbiasa.


SUMBER : MAJALAH KARTINI edisi 12 s/d 26 Juni 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar