Kamis, 13 Mei 2010

Ciri-ciri dan perilaku hiperaktif

Menurut Dr. Erik Taylor. Perbedaan jenis kelamin dapat menetukan peluang seorang anak untuk berperilaku hiperaktif. Anak laki-laki mempunyai kemungkinan 3 sampai 4 kali lebih besar untuk menjadi hiperaktif dibandingkan dengan anak perempuan, karena hiperaktivitas (missal sifat sgresif) pada anak perempuan tidak begitu berkembang.

Dr. Erik Taylor membagi perilaku aktif yang berlebihan menjadi 3, yaitu:

1) Overaktivitas, yaitu perilaku anak yang tidak mau diam yang disebabkan kelebihan energi. Hal ini menandakan bahwa anak tersebut sehat, cerdas dan penuh semangat. Tapi overaktivitas sesaat dapat terjadi pada anak yang keaktifannya normal.

2) Hiperaktivitas, yaitu ppola perilau overaktif yang cenderung ngawur (tidak pada tempatnya) cirri-ciri dari hiperaktivitas adalah sebagai berikut:

a) Sering meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan dikelas atau kegiatan lain yang mengharuskannya tetap duduk.

b) Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam atau banyak bergerak ditempat duduk

c) Sering berlari-lari

d) Tidak dapat mengikuti aktivitas atau brmain dengan tenang dan santai

e) Sering banyak bicara.

3) Sindrom hiperkinetik yaitu bentuk semua hiperaktivitas parah, yang menyertai jenis kelambatan lain dalam perkembangan psikologi, misalnya sikap kikuk dan kesulitan berbicara. Anak yang berperilaku sangat aktif pada usia 2 sampai 3 tahun belun dapat dikategorikan hiperaktif, karena rentang aktivitas yang diangap normal masih besar. Baru seteleh anak usia 3 tahun keatas, aktivitas tidak teratahnya akan menurun drastis. Oleh karena itu, terlebih dulu perhatikan dengan seksama apakah overktivitas anak hanya karena ia tidak mampu memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu lebih dari beberapa menit saja, ataukah ia tidak mampu mengendalikan diri dalam situasi yang menuntutnya untuk bersikap tenang.

C. Penyebab hiperaktif

Meskipun belum ada kepastisn apakah penyebab dari hiperaktif, tapi biasanya masalah ini terjadi sebagai hasil dari factor biologis dan lingkungan. Berikut penjelasannya:

1. Kondisi saat hamil dan persalinan, misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki, dan eksresi protein melalui urin), cedera pada otak melalui kompikasi persalinan.

2. Cedera otak sesudah lahir, yang disebabkan benturan kuat pada kepala anak.

3. Tingkat keracunan timbale yang parah dapat mengakibatkan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan untuk konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbale ini berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbale dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah pengawasanb dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.

4. Lemah pendengaran, hal ini disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat memproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya tingkah laku menjadi tidak terkendali dan perkembangan bahasanya yang lamban.

5. Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat juga menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasus, orangtua yabg bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri selama 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidak disiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu , maka anak malah mempunyai energi berlebih tang siap meledak dengan akibat negative disbanding kesalahan sebelumnya.

Sumber : http://edhotkamil.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar